MODEL PEMBELAJARAN



MODEL-MODEL PEMBELAJARAN

A.  MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG
Model pembelajaran langsung atau yang dikenal dengan direct instruction adalah sebuah model pembelajaran yang menitik beratkan pada penguasaan konsep dan juga perubahan perilaku dengan melakukan pendekatan secara deduktif. Di sini peran dari guru memang sangat penting sebagai penyampai informasi, sehingga sudah selayaknya seorang guru memanfaatkan berbagai fasilitas yang ada seperti tape recorder, film, peragaan, gambar dan sebagainya.
Dalam sintaks model pembelajaran langsung memiliki beberapa taap sebagai berikut :
1) Menyampaikan orientasi pelajaran dan tujuan pembelajaran kepada siswa.
Tahap ini para guru menyampaikan beberapa hal yang harus dipelajari dan juga kinerja peserta didik yang diharapkan.
2) Melakukan review pengetahuan serta keterampilan pra-syarat.
Di sini guru akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk mengetahui keterampilan dan pengetahuan yang sudah dikuasai siswa.
3) Menyampaikan materi yang mau diajarkan
Dalam tahap ini guru menyampaikan materi dan memberikan berbaagai contoh.
4) Melaksanakan bimbingan.
Bimbingan yang dimaksudkan di sini adalah guru memberikan pertanyaan-pertanyaan yang bertujuan untuk menilai tingkat pemahaman peserta didik dan mencoba mengoreksi kesalahan konsep yang ada.
5) Memberi kesempatan kepada peserta didik agar jangan menyerah dan terus beratih.
Di sini guru memberi kesempatan untuk peserta didik agar terus melatih keterampilannya maupun menggunakan informasi yang baru secara kelompok atau individu.
6) Menilai kinerja masing-masing peserta didik dan memberinya umpan balik.
Dalam tahap ini guru akan memberikan review teradap segalaa hal yang sudah dilakukan peserta didik, kemudian guru akan memberi umpan balik atas respon peserta didik dengan benar.
7) Memberi latihan mandiri.
Di sini guru memberi tugas secara mandiri untuk para siswa guna meningkatkan pemahaman atas materi yang tela diajarkaan.

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PEMBELAJARAN LANGSUNG
v .Kelebihan model pembelajaran langsung
1)   Dengan model pembelajaran langsung, guru mengendalikan isi materi dan  urutan  informasi  yang  diterima  oleh  siswa  sehingga  dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa.
2)   Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil.
3)   Dapat digunakan untuk menekankan poin-poin penting atau kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi siswa sehingga hal-hal tersebut dapat diungkapkan.
4)   Dapat  menjadi  cara  yang  efektif  untuk  mengajarkan  informasi  dan pengetahuan faktual yang sangat terstruktur.
5)   Merupakan  cara  yang  paling  efektif  untuk  mengajarkan  konsep  dan keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi rendah.
6)   Dapat menjadi cara untuk menyampaikan informasi yang banyak dalam waktu yang relatif singkat yang dapat diakses secara setara oleh seluruh siswa.
7)   Memungkinkan  guru  untuk  menyampaikan  ketertarikan  pribadi mengenai mata pelajaran (melalui presentasi yang antusias) yang dapat merangsang ketertarikan dan dan antusiasme siswa.
v Sedangkan kelemahan model Direct instruction :
1)   Model pembelajaran langsung bersandar pada kemampuan siswa untuk mengasimilasikan  informasi  melalui  kegiatan  mendengarkan, mengamati,  dan  mencatat.  Karena  tidak  semua  siswa  memiliki keterampilan dalam hal-hal tersebut, guru masih harus mengajarkannya kepada siswa.
2)   Dalam model pembelajaran langsung, sulit untuk mengatasi perbedaan dalam  hal  kemampuan,  pengetahuan  awal,  tingkat  pembelajaran  dan pemahaman, gaya belajar, atau ketertarikan siswa.
3)   Karena siswa hanya memiliki sedikit ksesempatan untuk terlibat secara aktif, sulit  bagi  siswa untuk  mengembangkan keterampilan sosial  dan interpersonal mereka.
4)   Karena  guru  memainkan  peran  pusat  dalam  model  ini,  kesuksesan strategi pembelajaran ini bergantung pada image guru. Jika guru tidak  tampak  siap,  berpengetahuan,  percaya  diri,  antusias,  dan  terstruktur, siswa dapat menjadi bosan, teralihkan perhatiannya, dan pembelajaran mereka akan terhambat.
5)   Terdapat beberapa bukti penelitian bahwa tingkat struktur dan kendali guru  yang  tinggi  dalam  kegiatan  pembelajaran,  yang  menjadi karakteristik  model  pembelajaran  langsung,  dapat  berdampak  negatif terhadap  kemampuan  penyelesaian  masalah,  kemandirian,  dan keingintahuan siswa.
B.  MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/ ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya.
Pendekatan kontekstual mendasarkan diri pada kecenderungan pemikiran tentang belajar sebagai berikut.
a)   Proses belajar
1)   Belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkontruksi pengetahuan di benak mereka.
2)   Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru.
3)   Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki sesorang itu terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang sesuatu persoalan.
4)   Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.
5)   Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru.
6)   Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide.
7)   Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak itu berjalan terus seiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan keterampilan sesorang.
b)   Transfer Belajar
1)   Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang lain.
2)   Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas (sedikit demi sedikit)
3)   Penting bagi siswa tahu untuk apa dia belajar dan bagaimana ia menggunakan pengetahuan dan keterampilan itu
c)     Siswa sebagai Pembelajar
1)   Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam bidang tertentu, dan seorang anak mempunyai kecenderungan untuk belajar dengan cepat hal-hal baru.
2)   Strategi belajar itu penting. Anak dengan mudah mempelajari sesuatu yang baru. Akan tetapi, untuk hal-hal yang sulit, strategi belajar amat penting.
3)   Peran orang dewasa (guru) membantu menghubungkan antara yang baru dan yang sudah diketahui.
4)   Tugas guru memfasilitasi agar informasi baru bermakna, memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri, dan menyadarkan siswa untuk menerapkan strategi mereka sendiri.
d)    Pentingnya Lingkungan Belajar
1)   Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa. Dari guru akting di depan kelas, siswa menonton ke siswa akting bekerja dan berkarya, guru mengarahkan.
2)   Pengajaran harus berpusat pada bagaimana cara siswa menggunakan pengetahuan baru mereka.Strategi belajar lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya.
3)   Umpan balik amat penting bagi siswa, yang berasal dari proses penilaian yang benar.
4)   Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting.
Penerapan Pendekatan Kontekstual Di Kelas
Pembelajaran Kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkahnya sebagai berikut ini.
  1. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik
  2. kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
  3. Ciptakan masyarakat belajar.
  4. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
  5. Lakukan refleksi di akhir pertemuan
  6. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara
Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
1)        Kerjasama
2)        Saling menunjang
3)        Menyenangkan, tidak membosankan
4)        Belajar dengan bergairah
5)        Pembelajaran terintegrasi
6)        Menggunakan berbagai sumber
7)        Siswa aktif
8)        Sharing dengan teman
9)        Siswa kritis guru kreatif
10)    Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor dan lain-lain
11)    Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil pratikum, karangan siswa dan lain-lain

C.  MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Model pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah model pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world).
Langkah-langkah Operasional  dalam  Proses Pembelajaran
Konsep Dasar (Basic Concept)
Guru atau fasilitator  memberikan konsep dasar, petunjuk, referensi, atau link dan skill yang diperlukan dalam pembelajaran tersebut. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik lebih cepat masuk dalam atmosfer pembelajaran dan mendapatkan ‘peta’ yang akurat tentang arah dan tujuan pembelajaran
1.    Pendefinisian Masalah (Defining the Problem)
Dalam langkah ini fasilitator menyampaikan skenario atau permasalahan dan peserta didik melakukan berbagai kegiatan brainstorming dan semua anggota kelompok mengungkapkan pendapat, ide, dan tanggapan terhadap skenario secara bebas, sehingga dimungkinkan muncul berbagai macam alternatif pendapat
2.    Pembelajaran Mandiri (Self Learning)
Peserta didik mencari berbagai sumber yang dapat memperjelas isu yang sedang diinvestigasi. Sumber yang dimaksud dapat dalam bentuk artikel tertulis yang tersimpan di perpustakaan, halaman web, atau bahkan pakar dalam bidang yang relevan.
3.    Tahap investigasi (investigation)
Tahap investigasi memiliki dua tujuan utama, yaitu: (1) agar peserta didik mencari informasi dan mengembangkan pemahaman yang relevan dengan permasalahan yang telah didiskusikan di kelas, dan (2) informasi dikumpulkan dengan satu tujuan yaitu dipresentasikan di kelas dan informasi tersebut haruslah relevan dan dapat dipahami.
4.    Pertukaran Pengetahuan (Exchange knowledge)
Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi dalam langkah pembelajaran mandiri, selanjutnya pada pertemuan berikutnya peserta didik berdiskusi dalam kelompoknya untuk mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan solusi dari permasalahan kelompok. Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan dengan cara peserrta didik berkumpul sesuai kelompok dan fasilitatornya.

Ciri-ciri Pembelajaran Berbasis Masalah:

1)   strategi pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran artinya dalam pembelajaran ini tidak mengharapkan peserta didik hanya sekedar mendengarkan, mencatat kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui strategi pembelajaran berbasis masalah peserta didik aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan akhirnya menyimpulkannya.
2)   aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Strategi pembelajaran berbasis masalah menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah tidak mungkin ada proses pembelajaran.
3)   pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris, sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
.Komponen-Komponen Pembelajaran Berbasis Masalah
1)      Permasalahan autentik. Model pembelajaran berbasis masalah mengorganisasikan masalah nyata yang penting secara sosial dan bermanfaat bagi peserta didik. Permasalahan yang dihadapi peserta didik dalam dunia nyata tidak dapat dijawab dengan jawaban yang sederhana.
2)      Fokus interdisipliner. Dimaksudkan agar peserta didik belajar berpikir struktural dan belajar menggunakan berbagai perspektif keilmuan.
3)      Pengamatan autentik. Hal ini dinaksudkan untuk menemukan solusi yang nyata. Peserta didik diwajibkan untuk menganalisis dan menetapkan masalahnya, mengembangkan hipotesis dan membuat prediksi, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melaksanakan eksperimen, membuat inferensi, dan menarik kesimpulan.
4)      Produk. Peserta didik dituntut untuk membuat produk hasil pengamatan.produk bisa berupa kertas yang dideskripsikan dan didemonstrasikan kepada orang lain.
5)      Kolaborasi. Dapat mendorong penyelidikan dan dialog bersama untuk mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan sosial.

D.  MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Model pembelajaran kooperatif merupakan pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar
a)      Konsep dasar pembelajaran kooperatif
Dengan pembelajaran kooperatif diharapkan saling menciptakan interaksi yang asah, asih, asuh sehingga tercipta masyarakat belajar ( learning community ). Siswa tidak hanya terpaku belajar pada guru, tetapi dengan sesama siswa juga.
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup di masyarakat.
b)     Ciri-ciri pembelajaran kooperatif
*      Saling ketergantungan positif
*      Interaksi tatap muka
*      Akuntabilitas individual
*      Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi
c)      Unsur-unsur pembelajaran kooperatif
Menurut Roger dan David Johnson ada 5 unsur dalam model pembelajaran kooperatif, yaitu :
v  Positive interdependence ( saling ketergangtungan positif )
Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada 2 pertanggungjawaban kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok. Kedua, menjamin semua anggota kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut.
v Personal responsibility ( tanggung jawab perorangan )
Tanggung jawab perorangan merupakan kunci untuk menjamin semua anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar bersama.
v Face to face promotive interaction ( interaksi promotif )
Unsur ini penting untuk dapat menghasilkan saling ketergantungan positif. Ciri – ciri interaksi promotif adalah :
a.   Saling membantu secara efektif dan efisien
b.   Saling memberi informasi dan sarana yang diperlukan
c.  Memproses informasi bersama secara lebih effektif dan efisien
d.   Saling mengingatkan
e.   Saling percaya
f.    Saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama
v Interpersonal skill ( komunikasi antar anggota / ketrampilan )
Dalam unsur ini berarti mengkoordinasikan kegiatan peserta didik dalam pencapaian tujuan peserta didik, maka hal yang perlu dilakukan yaitu :
a.   Saling mengenal dan mempercayai
b.   Mampu berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius
c.   Saling menerima dan saling mendukung
d.  Mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif.
v Group processing ( pemrosesan kelompok )
Dalam hal ini pemrosesan berarti menilai. Melalui pemrosesan kelompok dapat diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas anggota dalam memberikan kontribusi terhadap kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok.


d)     Tujuan pembelajaran kooperatif
v Meningkatkan hasil belajar akademik
v Penerimaan terhadap keragaman
v Pengembangan ketrampilan sosial
e)      Keuntungan pembelajaran kooperatif
Keuntungan pembelajaran kooperatif diantaranya adalah :
v Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan social
Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, ketrampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan.
v Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial.
Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai – nilai sosial dan komitmen.
v Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau  egois.
Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa.
v Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia.
v Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif.
v Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik.
v Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama dan orientasi tugas







f)       Sintak model pembelajaran kooperatif
FASE – FASE
PERILAKU GURU
Fase 1 : present goals and set
Menyampaikan tujuan dan memper siapkan peserta didik
Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap belajar.
Fase 2 : present information
Menyajikan informasi
Mempresentasikan informasi kepada paserta didik secara verbal.
Fase 3 : organize students into learning teams
Mengorganisir peserta didik ke dalam tim – tim belajar
Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien.
Fase  4 : assist team work and study
Membantu kerja tim dan belajar
Membantu tim- tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya.
Fase 5 : test on the materials
Mengevaluasi
Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompok- kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
 Fase 6 : provide recognition
Memberikan pengakuan atau penghargaan
Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar